Wednesday, 14 October 2015

Belajar Menjahit

Dulu waktu pindahan ke rumah baru (2010) terpaksa harus belajar menjahit korden. Persiapan pindah rumah yang serba terburu-buru, membuat saya tidak menyiapkan korden baru yang jelas ukurannya berbeda dengan korden lama yang saya punya. Dari pada mubazir (baca: pengiritan), saya pun memanfaatkan korden yang sudah ada. Saya potong menyesuaikan ukuran jendela rumah baru lalu dijahit. Mesin jahit memanfaatkan punya mertua. Inilah pengalaman pertama menjahit sungguhan dengan mesin jahit jadul  yang tenaga geraknya masih menggunakan kaki :D

Sekian tahun berlalu, tiba-tiba keinginan belajar menjahit muncul lagi. Yang jelas, saya sudah lupa bagaimana cara menjahit. Memasangkan benang dan bagaimana menyelaraskan gerakan tangan dan kaki saat awal menjalankan mesin jahit jadul. Tapi, niat belajar tidak boleh padam. Ini sangat dibutuhkan. Karena dua tiga tahun lagi, anak perempuan saya tentunya akan baligh. Pakaiannya harus sempurna menutup aurat mereka ketika ke luar rumah. Jelasnya mereka butuh  banyak jilbab (gamis) dan khimar (kerudung). Sebagaimana saat ini saja, mereka sering gonta-ganti baju. Gerah sedikit, pakaian sudah harus diganti.Lha, nanti saat mereka baligh, tentu tidak ada alasan tidak mengenakan jilbab karena jilbabnya habis (kotor semua). Makanya sejak sekarang saya mulai mencicil. Bagi saya cara ini lebih meringankan daripada nanti harus borong baju jilbab ke toko.

Alhamdulillah sebagian uang dari menulis buku cukup untuk dibelikan mesin jahit. Sempat bingung, mau pilih mesin jahit yang mana. Sempat nyoba mesin jahit portable made in China itu, kurang puas banget. Harga memang nggak bisa bohong. Tapi ya lumayanlah, bisa untuk merefresh kembali ingatan saya tentang mesin jahit.

Sempat bingung memilih, antara mesin jahit jadul dan yang kekinian. Yang jadul jelas lebih kuat, lha spare part-nya semua dari besi. Yang kekinian fitur lebih komplit, kompak, dan mudah pengoperasiannya. Tidak perlu 'mancal' menggunakan kaki lagi karena sudah berdinamo. Setelah menimbang dan memikirkan, akhirnya saya memutuskan memilih mesih jahit zigzag. Biar dibilang kekinian (halah ...) Alasan utama saya karena multifungsi. Ada semi neci dan obras. Jadi, saya tidak perlu 'wira-wiri' ke tukang obras dan neci. Toh, sementara kegunaannya untuk memenuhi kebutuhan pribadi saja. Entah lain kali serius membuka butik, pastinya senjatanya harus dilengkapi. Harus punya mesin neci dan obras tentunya.

Setelah googling dan baca review sana-sini, lihat demo di you tube pula, pilihan saya jatuh pada Janome NS 7210. Akhir Agustus lalu saya membeli mesin ini. Dan setelah 'berkencan' dengan mesin jahit ini selama sebulan, saya simpulkan mesin jahit ini cocok buat pemula seperti saya. Semi neci dan obrasnya lumayan rapi. Dapat bonus empat sepatu dan sejumlah perlengkapan jahit.


Janome NS 7210, Body Full Plastik


Hasil neci dan obrasnya lumayan rapi dengan bantuan hemmer foot (sepatu kelim).


Bagaimana saya belajar menjahit? Alhamdulillah masih semangat berotodidak. Tutorial bisa googling dan belajar dari youtube. Jadi, saya sangat berterima kasih kepada teman-teman blogger yang ikhlas menyumbangkan ilmu tentang dunia menjahit dan mesin jahit.

Efek serius belajar menjahit, bakingnya libur dulu selama sebulan. Dan taraa ... inilah order pertama jilbab (gamis) dari putri saya sendiri.  Ikut kekinian bikin gamis sifon :D
Gamis ini saya desain sendiri. Hasil berimajinasi setelah membuka-buka sejumlah model gamis modern. Konsep desain yang saya usung 'simple and shar'i'. Untuk gamis ini saya membutuhkan 2 meter kain sifon dan 2 meter kain furing.

Penampakan dari Depan



Penampakan Belakang

Untuk lengan, saya bikin kerut. Sangat mempermudah ketika berwudhu. Ujung lengan dijahit kelim dan ditambahi manik-manik sebagai pemanis.

Model Lengan Kerut

Oh, ternyata tak cukup gamis saja. Si bocah tanya mana kerudungnya? Ya, akhirnya belajar membuat kerudung juga ceritanya. Sisa kain 2 meter sifon dan 2 meter furing yang semula untuk si bungsu akhirnya dikorbankan untuk kerudung kedua kakaknya. Lagi-lagi ikut-ikutan kekinian. Bikin kerudung sifon. Versi saya tetap saya kasih furing.

Salah Satu Sisi Kerudung (Sisi Panjang Terletak di Luar)



Kerudung ini 2 in 1.  Bolak-balik. Bosan sisi yang satu bisa dibalik sisi satunya. Sepertinya model kerudung seperti ini bakalan booming ya (geer). Selama ini yang lagi tren kan non pet. Nah, saya pilih menggunakan pet. Praktis dan cepat menggunakannya.

Sisi Lain Kerudung (Sisi Panjang Terletak di Dalam)

Saya jahit dagu saja biar ujungnya bisa diberi bros.


Semoga cerita saya ini bisa bermanfaat dan menginspirasi para ibu muslimah. 

3 comments:

  1. unda, saya juga cari2 referensi nih beli untuk pemula, bingung antara jadul dan kekinian. hehe

    tadi mutusin beli yg jadul, eh keteu ini pengen yang kekinian...si janome, hehe

    ReplyDelete
  2. iya bun, enak si janome ini. sudah saya trial buat bikin dompet juga. sementara cukup puas :)

    ReplyDelete
  3. iya bun, enak si janome ini. sudah saya trial buat bikin dompet juga. sementara cukup puas :)

    ReplyDelete