Kerjaan saya sekarang lebih banyak ngedit naskah daripada nulis buku. Up grade diri gitu ceritanya. Penulis ada waktunya untuk naik kelas menjadi editor. Biar saling melengkapi. Karena keduanya saling bersimbiosis seperti yang dijelaskan dalam pelajaran Biologi maupun IPA. Tepatnya bersimbiosis mutualisme. Hubungan yang saling menguntungkan di antara keduanya. Iya betul. Dalam hidup itu hendaknya saling menebar manfaat, bukan mafsadat. Bila tak mampu memberi manfaat, jangan sampai mengajak mafsadat alias kerusakan. Betul betul betul betul? Betul aja, ya?
Di sela rutinitas dan kewajiban menjadi ibu yang baik (hopefully), ada kalanya rasa bosan, lelah, capek melanda. Ini kode ya untuk segera time out. Yup, harus segera me time agar semua terkendali dengan baik. Bila tidak, bawaannya bisa uring-uringan terus. Semua yang tampak jadi serba salah aja. Me time saya nggak mahal, nggak perlu jauh. Saya setting rumah pun bisa jadi tempat untuk me time. Alhamdulillah saya bisa foodphotography dan baking. Dua passion yang awalnya bisa karena terpaksa. Ya. Terpaksa belajar baking karena anak-anak doyan cookies dan roti. Terpaksa belajar foodphotography karena menjaga orisinalitas tulisan dan foto yang waktu itu saya banyak menulis naskah kesehatan. Nah, dua passion saya tersebut yang saya manfaatkan untuk me time. Sekali dayung, dua hal terlampaui. Begitu baking, bisa motret untuk ngisi blog. Habis foto-foto ya tentunya segera dilahap makanannya hehehe ...
Ngomongin cookies, sudah banyak varian resep yang saya coba. Mulai yang lumer ala nastar sampai yang chruncy. Kali ini mau memadukan keduanya. Chruncy outside, chewy inside. Apa bisa? Bisa lah. Lha brownies saja bisa begitu, cookies pasti bisa pula. Saatnya nguprek resep.Chewy cookies chocolate. Sengaja nambahin coklat untuk mendapatkan efek sedikit coklat (tidak dark chocolate). Sebab di sini tidak menemukan brown sugar. Biasanya resep-resep chewy cookies menggunakan brown sugar. Bila tidak ada brown sugar bisa diganti molase. Duh, dua-duanya belum saya temukan. Tak apalah, coba dimodifikasi dengan coklat bubuk. Lain kali mungkin perlu bereksperimen dengan gula merah atau pake gula palm. Mungkin bisa mirip-mirip. Berhubung stok yang ada di rumah hanya coklat bubuk, tidak nyetok gula palm dan memang males harus belanja ke toko bahan kue, sudahlah apa yang ada saja.
Bahan:
170 gram butter
150 gram gula halus
2 butir telur
1 sdt vanili bubuk free alkohol
260 gram terigu protein rendah
1 sdm maizena
3 sdm coklat bubuk
114 gram chocochips
Cara membuat:
1. Kocok butter dan gula halus dengan mixer kecepatan rendah sampai creamy. Tambahkan telur dan vanili. Kocok sebentar asal rata.
2. Ayak terigu, masukkan secara bertahap ke dalam adonan. Aduk dengan spatula. Tambahkan maizena dan coklat bubuk. Aduk rata dengan spatula.
3. Terakhir masukkan chocochips, aduk rata.
4. Panaskan oven.
5. Siapkan loyang yang telah disemir butter. Bisa pula loyang yang dialas kertas roti/baking paper. Sendoki adonan, tata di atas loyang. Bisa menggunakan dua buah sendok untuk mencetak adonan menjadi bulatan. Asal bulat saja, nggak perlu rapi. Nanti saat dioven, adonan akan mengembang dan turun.
6. Oven hingga permukaan cookies mulai mengeras pinggirnya. Segera angkat, dinginkan di atas cooling rack. Jangan overbaking, nanti cookiesnya keras, alot.
7. Cookies siap disajikan.
Seperti pada resep cookies lainnya, saya tidak menambahkan baking powder. Masih belum menemukan baking powder berlogo halal di toko kue langganan. Padahal saya sudah request, eh belum ada stok juga. Ya, diskip saja. Saya coba ganti pake maizena untuk efek krenyes-krenyes. Bila pengin cookies lebih awet dan lebih krenyes-krenyes, terigu sebelum dieksekusi disangrai dulu bersama daun pandan. Sambil terus diaduk sampai daun pandan layu. Diamkan dulu terigu yang sudah disangrai sampai betul-betul dingin, baru bisa dieksekusi agar cookies tidak bantat. Saya males nyangrai, lha bikin setengah kilo pun dua ato tiga hari juga sudah habis.
Kelihatan ya di foto. Dalemnya cookies. Tidak sekopong pake baking powder memang. Tapi betul lho, chewy cookisnya dapet. Garing di luar, lumer di dalam. Nggak nunggu besuk, setelah di angkat dari oven sudah langsung dicemil-cemil. Teman kakak yang nomor dua bilang juga enak. Malah sama kakak dibawain setoples kecil biar dibawa temannya pulang hehehe ... Next time perlu dicoba pake gula palm. Apakah akan lebih baik ataukah sebaliknya.
No comments:
Post a Comment