Sunday, 18 December 2016

Serunya Bikin Donat Super Empuk Bareng Anak-Anak

Donat donat donat  donat ... Anak-anak nggak ada bosennya. Padahal topping juga nggak macem-macem. Paling banter ya pake buttercream dan meses. Bermula mengisi kegiatan sekolah setelah UAS, anak-anak diminta bawa perlengkapan membuat donat. Untuk bahan-bahannya katanya sudah disediakan bu guru. Bagi ketiga anak saya, bikin donat tentu bukan sesuatu yang asing. Mereka paling seneng ngebentuknya. Tepatnya mainan adonan. Ya, selama ini harus ada bagian adonan yang dikorbankan untuk mainan mereka. Anggap saja sebagai plastisin 😆 Berhubung di sekolah dituntut serius belajar, kali ini di rumah mereka minta izin ikut ngebentuk donat sendiri. Baiklah, dengan senang hati saya izinkan karena sayanya sudah capek banget. Nguleninya sudah menjelang magrib. Jadi proses proofing bisa ditinggal mandi, shalat magrib, dan makan malam 😁

Perlu dikasih contoh, bagaimana menipiskan adonan dengan rolling pin. Dan teknik memberi taburan sedikit tepung di atas adonan agar tidak lengket saat digilas. Lalu mencetak manual. Ya, saya masih mengandalkan nyetak manual. Meskipun sudah bertahun-tahun bikin donat, saya tidak punya cetakan donat. Pernah mau beli, eee... stok cetakan donat habis. Ya sudah. Hingga detik ini tetap setia pake mulut gelas untuk bentuk bulatannya dan lobangnya dibolongin pake spuit. Dan ternyata proses ini adalah tantangan yang sangat menarik bagi anak-anak. Selanjutnya sisa lembaran adonan dibulatkan lagi, digilas rolling pin, dan dicetak kembali. Karena yang mengerjakan anak-anak, tidak ada standar  baku. Suka-suka mereka ngebentuk dan mana yang dirasa paling nyaman. Alhasil ukuran donat jadi tembem-tembem dan bentuknya penyak-penyok 😢 Ya wes rapopo, itu namanya latihan. Biar mereka tau ternyata nggak mudah ngebentuk donat yang mulus dan seksi itu 😍

Dan inilah penampakan donat buatan mereka.Tak terlalu buruk kan?


O ya, kali ini saya menggunakan resep yang diajarkan oleh bu guru anak-anak di sekolah. Pake kuning telur saja dan takaran margarin atau mentega lebih banyak dari yang biasa saya buat. Walhasil, jadilah donat yang super empuk, apalagi pake kentang. Ini edisi tanpa hemat bahan ya.

Bahan:
500 gram terigu (saya pake 525 gram terigu Cakra)
1 sachet susu bubuk
1 sdt Fermipan
1 sdm gula (saya total pake 2,5 sdm gula pasir)
1 sdt garam
2 butir kuning telur
1 buah kentang ukuran sedang yang sudah dikukus dan dihaluskan (saya pake 2 buah ukuran kecil)
100 ml air (saya pake 120 ml air hangat)
150 gram margarin

Caranya:
1. Larutkan fermipan beserta 1/2 sdm gula pasir ke dalam 100 ml air hangat kuku. Diamkan hingga berbuih (tanda bahwa ragi aktif).
2. Siapkan terigu, susu bubuk, sisa gula pasir, garam dalam wadah. Aduk rata. Tambahkan kuning telur dan kentang yang telah dihaluskan. Aduk rata.
3. Tambahkan larutan fermipan, uleni hingga setengah kalis.
4. Tambahkan margarin, uleni hingga kalis elastis.
5. Bulatkan adonan. Taruh dalam wadah. Oles tipis-tipis permukaan adonan dengan minyak goreng. Tutup dengan serbet basah. Istirahatkan sampai mengembang dua kali lipat.
6. Kempeskan adonan, pipihkan, dan cetak.
7. Istirahatkan kembali hingga adonan mengembang. Selama proses proofing yang kedua kalinya ini, tutup kembali adonan agar terjaga kelembabannya.
8. Setelah mengembang dan siap digoreng (adonan ringan seperti agar-agar), goreng dalam minyak yang banyak dengan api sedang sampai berwarna kuning kecoklatan.
9. Angkat dan tiriskan.
10. Beri topping sesuai selera.




Hoho.. ada yang gendut alias obesitas, ada yang sedang, ada yang gak bulet-bulet amat. Yo wes ben, sing penting enakkk tenan! Donat ini sampai 3 hari masih empuk asalkan ditaruh dalam wadah tertutup rapat, dianjurkan wadah yang kedap udara.


Thursday, 8 December 2016

Tas Handmade dan Hobi Baru

Siapa sangka, saya yang dulunya ogah-ogahan bersentuhan dengan jarum jahit, sekarang malah menekuni hobi baru, menjahit tas. Hobi yang bagi saya cukup menantang, tingkat kesulitan lebih tinggi dibanding saya belajar fotografi. Itu menurut saya. Saya sendiri juga nggak habis pikir, mengapa bisa tertarik dan nguprek dunia jahit menjahit tas.

Berawal ingin belajar serius menjahit baju, saya justru terdampar di blog Craftalova yang super amazing bagi saya. Lho, dunia jahit menjahit itu tidaklah sesempit yang saya bayangkan. Di sana tidak melulu soal baju dan derivatnya. Tapi ada salah satu cabangnya, craft yang menurut saya sangat 'seksi'. Dan, rasa penasaran pun kian membuncah saat melihat di grup, aneka tas yang wooww! Tas-tas keren yang dikerjakan dari rumah dengan mesin jahit portable!

Di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan. Bergeraklah saya. Menekuni satu per satu tutorial di dunia maya. Mulai googling, youtube, hingga pinterest. Termasuk beli tutorial di mbak-mbak keren di grup. Mulai mengumpulkan amunisi perang. Segala printilan bahan tas yang cukup menguras tabungan saya. Bahkan menguras budget melebihi yang pernah saya keluarkan untuk membeli amunisi fotografi. Ya, saya nggak pernah terbayang jika langkah saya sampai sejauh ini. Ah, anggaplah ini sebagai investasi.

Ide bisnis pun ikut bergulir. Mengisi olshop yang selama ini tak terkelola dengan baik, bila diisi dengan barang produk sendiri, menurut saya itu lebih simpel. Itu artinya, harus bisa menelurkan produk yang layak jual. Tas untuk ketiga anak saya adalah pilot project dengan segala evaluasi di sana sini. Akhirnya dengan promo dari mulut ke mulut tentang hobi ini, saya memberanikan diri menawarkan produk yang berlabel Bosphorus ini ke orang-orang terdekat.




Ini baru awal, masih bayi banget ya. Berharap one day, bukan lagi sekedar bicara tentang hobi, tapi profesional bisnis berbasis home industry. Semoga 😉