Jilbab Series Idul Fitri
Bagi perempuan, harus diakui lebih ribet untuk urusan pakaian. Dan ini yang sempat saya rasakan saat menyiapkan ketiga putri saya. Tentu saja bisa dimaklumi. Lha, aurat perempuan kan memang lebih banyak daripada laki-laki. It's mean discrimination? Sure, no! Justru sebenarnya inilah keadilan Allah. Perempuan dengan segala keindahannya perlu dijaga kemuliaan dan kehormatannya. Hanya bagian-bagian tertentu saja dari tubuhnya yang boleh tampak, wajah dan kedua telapak tangan, yang biasa nampak saat mereka shalat, tawaf, di kehidupan umum sebagaimana para muslimah pada masa Rasulullah. Selebihnya harus ditutupi saat mereka keluar rumah, memasuki kehidupan umum.
Allah lalu mensyariatkan pakaian perempuan di kehidupan umum berupa khimar dan jilbab. Kita di Indonesia sering salah kaprah memahaminya. Perintah mengenakan khimar (kerudung) bisa dicek ya di Qs. An-Nuur: 31. Khumur adalah bentuk jamak dari khimar, kerudung. Kain yang menutupi rambut, telinga, leher, hingga juyub/thauqul qamis (bukaan kancing baju pertama). Nah, jilbab sendiri dinyatakan dalam Qs. Al-Ahzab: 59. Jalabib bentuk jamak dari jilbab diperintahkan Allah dijulurkan ke seluruh tubuh, dari atas hingga ke bawah, menutupi kedua telapak kaki. Dalam kamus Al Muhith, M. Yunus, jilbab diibaratkan mantel. Pakaian yang dikenakan di atas mihnah (pakaian yang kita pakai sehari-hari di dalam rumah). Jadi jilbab adalah gamis yang kita pakai di atas mihnah dan wajib dikenakan perempuan saat keluar rumah. Maka, pakaian perempuan saat keluar rumah itu terdiri dari dari pakaian atas berupa khimar (kerudung) dan pakaian bawah berupa jilbab. Wajib atas perempuan baligh untuk mengenakan keduanya saat keluar rumah.
Kebayang kan saya punya tiga anak perempuan, bagaimana menyiapkan anak-anak siap menutup aurat dengan sempurna saat baligh?
Diawali dengan membangun kesadaran mereka. Spirit keimanan, takut hanya kepada Allah. Bersama membangun ketaatan dari rumah. Dan pastinya keteladanan dari ibunya yang harus ngasih contoh pakai jilbab dan khimar. Di sinilah saya rasakan peran luar biasa seorang ibu. Rajin 'ceramah' sepanjang hari. Nasihat kadang bercampur marah. Hehe... Marah itu ekspresi sayang lho! Hanya cara pengungkapannya saja kurang tepat. Isbhir... Yap, jadi ibu itu harus berlatih sabar. Dan anak-anak tanpa kita sadari adalah guru kehidupan kita. Mengajari kita mejadi penyabar, penyayang, berempati, pemaaf, dan banyak sekali hal-hal amazing. Tak berlebihan, ibu adalah profesi termulia di sisi Allah sepanjang zaman.
Urusan teknis juga harus disiapkan. Memberikan mereka khimar dan jilbab. Duh, ini butuh budget lho! Secara khimar dan jilbab di toko nggak semua ada yang murah. Kalaupun ada juga nggak awet. Anak-anak saya terkategori aktif. Pakaian sering sobek dan kotor sekali sampai sulit dicuci. Inilah yang 'memaksa' saya menyisihkan uang fee menulis untuk membeli mesin jahit 3 tahun lalu. Apakah saya waktu itu bisa menjahit baju? Tidak! Yang penting ada mesin dulu. Pasti saya akan terpaksa belajar menjahit. Sebab, saya kalau beli apa-apa harus bisa bermanfaat.
Dan semua berawal dari motivasi. Ada keinginan kuat, mau belajar giat, there is a way. Must be! Bikin all about handmade, di situ ada spirit cinta, kasih sayang. Ajaib lho. Saya yang ogah-ogahan bersentuhan dengan jarum itu mendadak bisa menjahit. Tidak kursus. Semua otodidak. Banyak konsultasi, diskusi sama suhunya. Nyemplung di komunitas perjahitan dunia maya. Hasilnya? Lumayanlah. Bisa bikin khimar dan jilbab untuk saya dan ketiga putri saya.
Sebagaimana Idul Fitri tahun lalu, kali ini saya bikinkan pula satu set khimar dan jilbab untuk ketiga putri saya. Modelnya simpel dan dinamis. Perpaduan kain embos dan sifon. Bukan bahan yang premium. Per meter bahannya kurang dari 30 ribu. Payetnya seharga dua ribu sudah sisa banyak. Yang mahal bagi saya payet meteran jilbab adik di bawah ini. Satu meter 35 ribu.
Jilbab Dua Layer
Di sinilah repotnya saya. Apa-apa tidak mau setengah-setengah. Rajinlah saya kepoin Dian Pelangi sampai Si.Se.Sa yang harganya selangit. Modiste wanna be. Pengin bisa desain plus jahitnya. Yup, khusus busana perempuan. Rumah yang sempit jadi kapal pecah saat saya bikin pola dan memotong bahan. Tak apalah. Sebanding kok dengan hasilnya. Anak-anak suka. Dan konsekuensinya, mereka suka request dulu jilbab dan khimar seperti apa, termasuk bahannya. Berawal dari workshop keluarga ini, someday insyaallah bisa jadi lebih bermanfaat untuk orang lain. Semoga saya bisa dan siap.
Jilbab Kakak
Nah, yang punya anak perempuan start menyiapkannya jangan mendadak ya... Baligh itu tak bisa diduga kapan datangnya. Menyiapkan sejak awal membuat kita lebih mudah. Tak perlu dipaksa lagi untuk mengenakan jilbab dan khimar saat beraktivitas keluar rumah. Insyaallah.
No comments:
Post a Comment