Ruang kerja identik dengan ruangan yang serba lux dan spesial. Bagi saya, jauh dari kesan tersebut. Ruang kerja saya malah seadanya. Ruang keluarga, saya multifungsikan untuk tempat menjahit dan menulis naskah. Untuk spot pemotretan malah lebih fleksibel lagi. Intinya, mengejar matahari. Di mana ada sinar matahari yang ingin saya hadirkan sesuai mood foto yang saya inginkan, di situlah saya bekerja. Bisa di ruang keluarga, di ruang tamu, kamar tidur, bahkan di ruang dapur yang super kecil. Tak mengapa. Bukankah dalam keterbatasan itu ada banyak ide kreatif terlahir?
Seperti kali ini. Pemotretan es krim kelapa dan chicken wings krispi dilakukan selepas duhur. Cahaya matahari lagi terik-teriknya. Spot favorit saya ya di dapur. Di meja kompor yang hanya menyisakan tempat super sempit untuk meletakkkan alas foto, obyek foto, dan properti pendukung.
Bloking cahayanya lumayan bikin sedikit repot. Di atas ada jendela besar. Di samping kanan ada pintu. Dibloknya pake loyang :D Studio amatir model seperti inilah tempat saya memotret selama ini. Hampir semua foto makanan saya ambil di studio indoor, lebih nyaman dari gangguan orang yang lalu lalang di depan rumah. Mereka akan terheran-heran dengan apa yang sedang saya kerjakan. Ngapain makanan difoto-foto. Ah, biarin. Kelak mereka akan memahami apa itu industri kreatif ^_^
Hasilnya? Tak terlalu buruk kan? *pede mode on ajah
suka mbak.... cara motretnya....aku malah gak suka bloq2an cahaya... ribet.....
ReplyDeleteTerima kasih mbak ... biar bayangannya tdk terlalu keras mbak
Delete